Demam merupakan dampak samping yg umum terjadi sehabis balita melsayakan imunisasi. Hal ini terutama apabila Buah hati kau melsayakan vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Kondisi ni juga sering menjadi alasan sejumlah orangtua untuk menentukan jenis vaksin DPT impor diketahui tidak menjadikan demam sehabis Imunisasi.
Menurut klarifikasi Profesor dr Kusnandi Rusmil, SpA(K) selsaya Kepala Divisi Tumbuh Kembang Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, demam disebabkan lantaran kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell atau vaksin yg memakai seluruh sel bakteri yg telah dilemahkan.
Setelah dilsayakan penelitian, vaksin DPT aseluler memang tidak menjadikan demam atau setidaknya hanya risiko demam yg ringan. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan, vaksin DPT aseluler bisa menjadikan anak kembali terkena pertusis dikala dewasa.
Imunisasi vaksin aseluler memang bisa memperlihatkan kekebalan yg lebih tahan usang terhadap tubuh. Sehingga memang vaksin DPT aseluler sebaiknya diulang sehabis beberapa tahun. Dan untuk Vaksinasi ulang yg bertujuan untuk meningkatkan kekebalan dikenal dengan istilah booster.
Program vaksin di Indonesia, memakai vaksin jenis whole cell buatan PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Se&gkan, Vaksin DPT aseluler yg dipakai merupakan produk impor, yg tentu lebih mahal lantaran hingga kini Bio Farma belum memproduksi vaksin aseluler. Dan kemampuan vaksin whole cell maupun aseluler untuk menciptakan badan kebal terhadap penyakit tersebut pun sama baiknya.
Perbedaan kandungan vaksin & metode pembuatannya, maka tentu vaksin aseluler tentu mempunyai harga lebih mahal dibanding whole cell lantaran memang harus di import. Dan lantaran harga yg mahal & belum diproduksi di dalam negeri. Cukup sulit bagi pemerintah Indonesia apabila harus memperlihatkan vaksin DPT aseluler untuk sekitar 5 juta bayi yg lahir setiap tahunnya.
Ringkasan:
Menurut klarifikasi Profesor dr Kusnandi Rusmil, SpA(K) selsaya Kepala Divisi Tumbuh Kembang Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, demam disebabkan lantaran kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell atau vaksin yg memakai seluruh sel bakteri yg telah dilemahkan.
Setelah dilsayakan penelitian, vaksin DPT aseluler memang tidak menjadikan demam atau setidaknya hanya risiko demam yg ringan. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan, vaksin DPT aseluler bisa menjadikan anak kembali terkena pertusis dikala dewasa.
Imunisasi vaksin aseluler memang bisa memperlihatkan kekebalan yg lebih tahan usang terhadap tubuh. Sehingga memang vaksin DPT aseluler sebaiknya diulang sehabis beberapa tahun. Dan untuk Vaksinasi ulang yg bertujuan untuk meningkatkan kekebalan dikenal dengan istilah booster.
Program vaksin di Indonesia, memakai vaksin jenis whole cell buatan PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Se&gkan, Vaksin DPT aseluler yg dipakai merupakan produk impor, yg tentu lebih mahal lantaran hingga kini Bio Farma belum memproduksi vaksin aseluler. Dan kemampuan vaksin whole cell maupun aseluler untuk menciptakan badan kebal terhadap penyakit tersebut pun sama baiknya.
Perbedaan kandungan vaksin & metode pembuatannya, maka tentu vaksin aseluler tentu mempunyai harga lebih mahal dibanding whole cell lantaran memang harus di import. Dan lantaran harga yg mahal & belum diproduksi di dalam negeri. Cukup sulit bagi pemerintah Indonesia apabila harus memperlihatkan vaksin DPT aseluler untuk sekitar 5 juta bayi yg lahir setiap tahunnya.
Ringkasan:
- Demam pada anak kecil yg mendapat imunisasi merupakan hal yg wajar,
- Imunisasi yg sering menciptakan anak deman ialah imunisasi vaksin DPT.
- Jenis vaksin DPT ada dua yaitu vaksin aseluler & vaksin DPT.